Wednesday, November 5, 2008

Syekh Puji, ini bangsa atau bangsat

Bangsa ini semakin hari semakin tidak jelas arahnya, hanya persoalan seorang puji yaitu seorang anak manusia dengan segala kesempurnaan yang ada sebagaimana umat manusia pada umumnya sampai menjadi persoalan nasional yang menghebohkan dan menggetarkan semua fihak, sementara masih banyak masalah yang lebih urgent (penting dan utama) untuk diurusi dan diselesaikan
Apa yang salah bagi syekh puji...?, syarat syah Perkawinan yang dilakukan telah dipenuhi
(jika yang membaca tulisan ini manusia maka esensi perkawinan melalui pernikahan, jangan dipisahkan antara perkawinan dan pernikahan, beda kalau yang membaca adalah berkepribadian binatang), jangan menilai sesuatu yang belum dilakukan itu adalah kebodohan diatas segala kebodohan, sebab kabarnya syekh puji akan mengawini anak diusia 7 tahun, jangan2 ini hasil data korupsi tanpa bukti yang ada, wong namanya saja gosip (digoyang-goyang tambah siiiip eeee.... maksudnya digosok-gosok tambah seliiip), wah repot kalau yang baca ini bangsa yang menghalalkan pornografi, ini bangsa atau bangsat..!!
Kita lihat apa yang telah dilakukan syekh puji sekarang, dia mengawini ulfah dalam usia 14 tahun 8 bulan (bukan 12 tahun), lihat data sebenarnya di lapangan jangan percaya dengan data hasil korupsi, karena bangsa ini bangsa korupsi, jangankan duit sampai umurpun dikorupsi juga, ini bangsa atau bangsat..!!
Jika difikir, syekh Puji mengawini ulfah pakai adab (etika) yang wajar pada tatanan bangsa yang memiliki moralitas namun mungkin tidak berlaku bagi bangsa yang amoralitas pasti hal ini dianggap aneh, yaitu dengan meminta ijin kepada orangtuanya (meminang) lalu dinafkahi dengan sebaiknya, beda dengan bangsa yang amoralitas dipakai (dizinai) terlebih dahulu baru dikawini atau bahkan ditinggal begitu saja dan soal nafkah nanti dulu (kalau ada...?, kalau sudah kerja...?, kalau isteri pertama sudah dicerai...?), kita lihat kasus para pejabat bangsa seperti YZ (ketua kerohanian), MDN (mantan sekneg) dan masih banyak yang mungkin belum terekspose, ini bangsa atau bangsat..!!
Sementara Komnas HAM maupun beberapa LSM yang ada bukannya mencari jalan (solusi) yang terbaik secara moralitas, bagaimana mau mencari solusi terbaik sedangkan esensi dari kata terbaik dan moralitas sendiri tidak faham secara kontekstual hanya sekedar tekstual saja, sehingga aplikasi di lapangan tidak memiliki nilai / arti apapun, dirasakan hambar dan sepah sehingga muak untuk dicermati, khusus bagi orang2 yang memiliki hati nurani, jangan2 lembaga yang ada juga hasil perbuatan dari bangsa yang amoralitas, sebab solusi yang dilakukan tidak menyelesaikan kasus yang ada, selesaikah persoalan ulfah jika memang dikembalikan...? atau justru menimbulkan masalah baru lagi, statusnya sebagai janda atau sebagai bekas orang lain atau tanpa status..?, ini bangsa atau bangsat ..!!

Sunday, November 2, 2008

Pernikahan Dini

Dengan maraknya pembahasan tentang pernikahan dini, banyak hal yang perlu ditinjau melalui pendekatan mental, moral, dan spiritual, terkadang banyak kemunafikan sosial yang dibicarakan dalam berbagai hal karena hanya dilihat dari berbagai kepentingan tertentu bukan penelusuran secara mendalam tentang esensi sosial kehidupan, yakni hanya melihat dari sisi dhohir (wujud fisik) saja yang terjadi selama ini, tanpa mau melihat secara general kehidupan yang terjadi selama ini
Tak perlu dipungkiri dan ditutupi, kita melihat kenyataan yang ada berapa persen anak diusia remaja (ABG) sudah mengenal kehidupan seks, bukan hanya sekedar pelampiasan hawa nafsu di saat pacaran namun bahkan berani menjajakan diri demi suatu kepentingan baik menyangkut ekonomi, maupun "privacy" kehidupan di jaman modern
Hasil penelitian menunjukkan hampir 30% anak di bangku sekolah SMP (di kota2 besar) sudah berani melakukan hubungan seks baik tertutup maupun terang2-an, kita lihat hasil dari pelacakaan beberapa stasiun TV yang menayangkan kehidupan seks di usia remaja
Disamping itu mari kita telusuri lebih jauh kehidupan sosial pada daerah2 tertentu seperti Madura, Sulawesi, Kalimantan dsb. Banyak anak2 di usia dini sudah dinikahkan oleh orangtuanya, karena pertimbangan - pertimbangan tertentu, seperti menjaga aib keluarga agar tidak terjerumus pada persoalan perzinahan disamping membangun kedewasaan seorang anak untuk bertanggungjawab
Oleh karenanya, sesuatu jangan dilihat sebelah mata, mari kita telaah lebih jauh dari kaca mata bathin (hati nurani) yang paling dalam, Jika pernikahan mengarah pada keselamatan seseorang gadis terhadap perzinahan apa salahnya kalau segera di nikahkan, toh seorang wanita sah dikawini jika sudah datang bulan (menstruasi) dan fihak wali/ortu mengijinkan, dari pada sekarang banyak anak diusia remaja (masih bau kencur) sekitar 10-13 tahun sudah menjajakan diri sebagai PSK atau melayani om2 hidung belang. Sekarang kalau ulfah dipisahkan dengan puji apa jadinya dengan kondisi psikis dirinya terhadap keluarga dan masyarakat. Yang saya tidak sepakat kenapa puji mengawini ulfa atas dasar hutang piutang, serta pemerintah tidak bisa memberikan jalan keluar yang terbaik bagi anak2 di usia dini dengan ekonomi terbatas, mari kita renung bersama
Disisi lain banyak LSM, justru memberikan peluang kepada pekerja seks dengan pengamanan kesehatan seperti pemakaian kondom, suntikan obat anti penyakit kelamin / HIV, dsb. Dan bukannya pengentasan terhadap persoalan ekonomi. Ingat wejangan nabi: "Barangsiapa memberikan peluang kepada orang untuk berbuat kekejian ("perzinahan") maka dia termasuk ahli neraka" Wassalam